Akhir-akhir ini, kita sebagai umat Islam Indonesia dikejutkan oleh masuknya beberapa gelintir orang Islam Indonesia ke dalam jaringan Islam radikal yang lebih dikenal dengan istilah ISIS. Sangat disayangkan, Indonesia sebagai negara yang berpenduduk Islam yang ramah dan toleran masih bisa disusupi oleh jaringan ISIS yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Saya teringat kasus terorisme yang menyeret beberapa kaum muda terpelajar, lebih-lebih dari institusi pendidikan sekelas pesantren. Namun, setelah ditelusuri lebih jauh ternyata pesantren yang ditempati oleh para teroris Indonesia itu adalah pesantren-pesantren yang beraliran keras alias pesantren radikal semisal pesantren al-Mukmin, Ngruki, Solo, asuhan KH. Abu Bakar Ba’asyir. Bukan salah pesantrennya ataupun kyainya, tapi yang salah adalah kurikulum atau materi yang diajarkan cenderung bersifat menyerang atau keras dan hanya berisi jihad/perang saja. Padahal, pada hakikatnya Islam adalah agama ramah dan tidak suka kekerasan. Bahkan Nabi Muhammad saw. pun melarang keras menyampaikan nasihat agama dengan jalur kekerasan. Nabi Muhammad saw. menganjurkan supaya umat Islam mengajak kepada kebaikan (kebenaran) dengan cara-cara yang baik bukan dengan cara-cara yang kasar berupa maki-makian maupun membawa alat-alat untuk kekerasan. Nabi Muhammad saw. pernah bersabda :
مَنْ أَمَرَ بِمَعْرُوْفٍ فَلْيَكُنْ أَمْرُهُ بِمَعْرُوْفٍ
“Barangsiapa mengajak kepada kebaikan, maka hendaknya dengan cara yang baik” (HR. Baihaqi)
Jadi, sebaiknya para orangtua harus terus waspada dalam mengawasi anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam jaringan Islam radikal. Pilihlah pesantren yang beraliran moderat seperti pesantren-pesantren yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) atau Nahdlatul Ulama (NU). Pastikan, pengasuh pesantren tidak pernah tersangkut kasus terorisme ataupun radikalisme.
Islam Indonesia dari dahulu kala sudah dikenal sebagai Islam yang ramah, toleran dan moderat. Jangan sampai, keramahan dan toleransi keberagamaan di Indonesia dikotori oleh ajaran-ajaran Islam yang sering menghujat, mengaku paling benar, kasar dan keras kepala. Islam Indonesia yang ramah dan toleran dimotori oleh dakwah Walisongo. Jadi, kalau ada orang Islam Indonesia yang benci dengan dakwah Walisongo, maka bisa dipastikan orang tersebut menyukai ajaran radikalisme.
Walisongo, sebagai para penyebar Islam di Indonesia telah berhasil dalam dakwahnya karena dakwah yang mereka sebarkan bersifat ramah dan toleran. Maka, sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat Islam Indonesia untuk menjaga dan melestarikan dakwah yang dibawa oleh Walisongo yaitu dakwah Islam yang ramah dan toleran.
Sebagai umat Islam Indonesia, kita harus bahu-membahu dalam membendung dan memberantas ajaran-ajaran Islam radikal. Diantara ciri-ciri ajaran Islam yang radikal adalah :
1.) Mengajak kebenaran dengan kekerasan
2.) Menggelorakan jihad perang yang tidak jelas siapa yang diserang
3.) Menghujat, mengkafir-kafirkan, membid’ah-bid’ahkan, mensyirik-syirikkan kelompok Islam yang lain
4.) Mengaku-ngaku kelompoknya paling benar
5.) Menganjurkan untuk membunuh orang-orang yang mengajak berbuat syirik
Jika umat Islam Indonesia mengetahui maupun melihat ajaran-ajaran Islam seperti diatas hendaknya melaporkan atau memberitahukan kepada ulama-ulama terdekat yang berhaluan moderat. Sebab, kalau ajaran-ajaran tersebut dibiarkan, maka akan muncul pemberontakan yang akan meresahkan umat Islam Indonesia. Jangan sampai, ajaran-ajaran tersebut dibiarkan begitu saja karena barangkali akan terjadi chaos seperti di Negara-negara Arab (Yaman, Suriah, Irak dan lain-lain).
Mudah-mudahan, Allah swt. selalu memberikan keselamatan, keramahan dan perlindungan pada bangsa Indonesia tercinta ini. Islam Indonesia adalah Islam yang ramah, semoga Allah swt. selalu memberikan rahmah-Nya. Gusdur pernah berujar, “Kita butuh Islam yang ramah, bukan Islam yang marah”.
Wallahu A’lam
al-Faqier Ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
08-04-15, Kaliwungu Kota Santri
ADS HERE !!!